Kunjungi Pecinan

Kunjungi Little India Singapura

Kunjungi Kampong Glam. Sejarah Kampong Glam dapat ditelusuri kembali ke tahun 1820-an saat pertama kali diberi nama. Nama tersebut berasal dari bahasa Melayu di mana kampung berarti 'desa' dan 'gelam' adalah jenis pohon yang dikenal sebagai pohon Paperbark yang tumbuh di daerah tersebut dan sering digunakan untuk membuat kapal. Untuk waktu yang lama, Kampong Glam merupakan desa nelayan karena lokasinya di Sungai Rochor. Pada tahun 1820-an, Sir Stamford Raffles menetapkan Kampong Glam serta tunjangan tahunan kepada Sultan Hussain Mohammed Shah untuk digunakan oleh komunitas Muslim setelah ia menandatangani perjanjian yang menyerahkan Singapura kepada Perusahaan Hindia Timur. Sultan menggunakan dana ini untuk membangun istana dan membawa seluruh keluarga dan rombongannya, yang dilaporkan lebih dari 600 orang, untuk tinggal di Kampong Glam. Dengan kedatangan ini, pada tahun 1824 Sultan memutuskan bahwa ia perlu membangun sebuah masjid yang mencerminkan statusnya dan menuntut agar Perusahaan Hindia Timur menyediakan dana yang diperlukan.

Kunjungi Gunung Faber. Sebagai salah satu taman tertua di Singapura, Taman Gunung Faber merupakan destinasi wisata yang populer. Dari puncak Gunung Faber, Anda dapat melihat Pulau Sentosa, termasuk Pulau Batam di Indonesia, saat cuaca cerah dan menikmati pemandangan cakrawala yang menakjubkan dari atas.

Kunjungi Taman Merlion. Salah satu penggambaran paling terkenal dari simbol ikonik ini adalah patung yang terdapat di Taman Merlion—sebuah tempat indah yang berdiri di dekat muara Sungai Singapura. Tubuh Merlion yang seperti ikan melambangkan asal-usul Singapura sebagai desa nelayan, yang dikenal sebagai Temasek dalam bahasa Melayu. Kepala patung tersebut mewakili nama asli kota tersebut, Singapura (kota singa dalam bahasa Sanskerta). Menurut legenda, Sang Nila Utama—seorang pangeran Sriwijaya dari Palembang—mendarat di pantai kita di tengah badai di laut. Di dekat muara Sungai Singapura, sang pangeran melihat makhluk aneh yang ia identifikasi sebagai singa, sehingga Singapura menjadi namanya.

Kunjungi Haji Lane. Terkenal dengan mural, bar trendi, dan toko pakaiannya, sejarah Haji Lane dimulai pada tahun 1800-an ketika rumah-rumahnya digunakan sebagai pondok oleh para jemaah haji. Pada akhir abad ke-20, rumah-rumah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal bagi keluarga-keluarga Melayu yang miskin. Kini, Haji Lane telah menciptakan identitasnya sendiri dan menarik banyak wisatawan dari seluruh dunia. Meskipun jalannya agak kecil, kawasan ini telah menjadi objek wisata bagi mereka yang ingin melihat lebih dari sekadar gedung pencakar langit di Singapura.

Jelajahi distrik Civic. Distrik Civic Tempat Lahirnya Singapura Modern Rumah bagi beberapa bangunan dan ruang bersejarah paling terkenal di Singapura, Distrik Civic adalah kawasan seni, budaya, dan gaya hidup yang berkembang pesat. Kita akan berjalan-jalan di jalur sejarah dan budaya di sekitar distrik, yang akan membawa Anda ke beberapa bangunan penting Singapura yang paling bersejarah seperti bekas Mahkamah Agung dan Balai Kota, Gedung Parlemen Lama, dan Padang.